Langsung ke konten utama

Pawai OSIS


Keterasingan karena memiliki latar belakang yang berbeda tak sedikitpun menyurutkan langkah untuk terus berjuang, tak peduli orang berkata apa. Karena langkah akan terus melaju bersama kebaikan langkah itu sendiri.

Di Sekolah ku dulu tak ada ROHIS, Ekstrakulikuler yang berbasis ISLAMI. Ada rasa iri memang, ketika sekolah-sekolah lain begitu ramai dan asyik dengan gerakan ROHIS nya, sedang aku, hanya sendiri, tak ada support dari teman-teman, bahkan sekolah. Advokasi terus berlanjut, diawali dengan pembuatan mushola, alhasil diberilah mushola kecil ukuran 2x3 meter. Mushola apa ini? lalu, aku kembali meminta mushola yang lebih luas, minimal kelas yang tidak digunakan bisa digunakan sholat. dan kegiatan lainnya.

Alhamdulillah, diberikan satu ruang kelas yang berantakan. Aku inisiasi sendiri untuk meminta sumbangan ke setiap kelas, dan ruang guru. "Sumbangan untuk merapikan Mushola" Begitu judulnya. Malu memang, tapi harus dilakukan. Kalahkan malu menjadi hal bermanfaat. Uang terkumpul kurang lebih 250.000, siap untuk merapikan mushola, bersama tim tentunya.

========================================================================

Menjadi seorang yang berkedudukan penting memang harus, hal itu karena ada misi mulia dibaliknya, ya, ini tentang bagaimana dakwah itu bisa berkembang. Maka ku putuskan untuk ikut dalam pencalonan ketua OSIS, semua persiapan visi misi, konsultasi pada kakak yang dahulu sempat menjabat ketua BEM fakultas di IPB. dan seterusnya.

Tidak menang menjadi ketua OSIS, maka aku dijadikan sekretaris umum. Dengan kedudukan yang cukup strategis, aku berharap ada peluang untuk ROHIS masuk pada agenda ekstrakulikuler tahun ini yang diberikan anggaran oleh sekolah. terlebih aku bisa mewarnai lingkungan sekolah dengan cinta cahaya islami. Ya, walau seorang diri.


Ada kebahagiaan menjadi yang terasingkan, ada pula kesedihan karena tak berhasil mencetak sejarah yang gemilang. ROHIS Lahir bersama mushola itu rapih, kemudian berangsur ada sajadah, mukena, dan kalighrafi. Tapi, tetap saja, kesedihan menyelimuti nurani. Aku belum bisa mendapatkan kader pengganti, teman-teman pun hanya sebatas simpati. 

Bagiku, ROHIS dan Sekolah adalah CINTA yang tak boleh pudar. Narasinya begitu indah, pesona kata dan laku nya begitu nyata. Semoga, ia akan terus berkembang, melaju dalam keberhasilan.


Komentar